TV TV Cantik
Cobalah mampir ke televisi dan lihat majalah beberapa saat terakhir ini. Siapa yang lagi sering ada di tv dan menurut gue nggak terlalu penting? RATU.
Kemaren baca di Tempo, mereka abis manggung depan SBY, JK, Gus Dur dan Sutiyoso, dan berkasus pula secara nggak bisa menyebut nama mereka dengan baik dan benar. Well, se-opposan2nya gue, taulah gue nama panjang mereka. And I think they do should fully comprehend their audiences, regardless whom it would be.
Lalu mereka juga muncul di Honda Jazz, TV atau Kulkas something, Iklan layanan Masyarakat sama Polda something, sempet tour ke berapa puluh kota, iklan dove, soklin juga ya kalo gak salah? dan yang paling nyebelin adalah keluar di Extravaganza dengan catetan 'Saya nggak mau di make up jelek, saya nggak pede'. D'oh!
Berapa album mereka? Masih terhitung dengan sebelah jari. Berapa jumlah lagu mereka sendiri dalam album mereka itu? Lebih sedikit dibandingin gigi keponakan temen gue yang masih imut2. Berapa dari lagu mereka itu yang nggak ada peran atau nggak keliatan muka sang Suami yang konon kabarnya dimiliki oleh keduanya? Sama ama jumlah belanjaan gue di akhir bulan.
Tapi kenapa ya mereka bisa exist gtu?
Memang kah beauty is powerful? Or is it beauty is everything in media? Melihat fenomena kedua yaitu Dian Sastro yang dengan cueknya menggantikan bang Tantowi di WWTBM, mengingat adanya perbedaan jurang dan langit diantara keduanya, mungkin emang kedua accusation gue cukup relevan. Sehingga kadang berpikir, emang nggak cukup ya dengan kejadian Nadine yang bahasa Inggrisnya kalah sama anak SD kebanyakan dan itu dibuktikan di level internasional?
Hal ini menurut gue regardless marketing ya, karena kalau nggak ada demand tetep aja marketing akan susah untuk memuluskan jalan semuanya. Hhhhh, jadi cape yaa? dan jadi ingat dulu seorang teman -yang sama ama gue nggak se-dandy para artis itu- pernah bilang sama gue, 'Orang yang physically challenged (tidak secantik itu, red.) butuh kerja dua kali untuk membuktikan dirinya bisa dipercaya'.
You think so?
1 comment:
Iya sih, kayaknya kalau di media emang yang cantik yang bakalan eksis. Masalahnya kayak TV juga kan (katanya buku2 cultural studies itu) fungsinya sebagai eskapis, pelarian dari kenyataan. Kalau kehidupan sehari2 banyak yang miskin, jelek...di TV, majalah, kita lihat yang seger2 dan ayu2...
Tapi seperti yang pernah kita jalani di Institut (apa coba) di bidang lain belum tentulah kecantikan segala2nya. Akademis aja, jawaban yang bener kan gak liat yang nulisnya cakep apa gak.
Apalagi kalau sudah ke hal organisasi (hehe!), sahabat sejati sampai pasangan hidup -tampang jadi masuk urutan berapa gitu.... IMHO ada hal yang lebih penting dari itu.
Post a Comment