Friday, October 20, 2006

Thursday, October 19, 2006

happy 25!


Satu dua tiga nggak terlalu ingat.
Sepuluh atau sebelas, bagi-bagi Rp. 250,00 untuk jajan di kantin.
Tigabelas Empatbelas, agak malu-malu.
Tujuh belas was a blast. The invitation become doubled. Everybody’s coming though I lived far away from school.
Twenty something udah mulai di kos-kosan. Celebrating bareng Piesca sambil nungguin telpon dan sms masuk.

Then, few days ago, my 25.

Nggak bermaksud buat riya tapi hari itu, ditengah gue sok cuek, hati gue sering sekali bersyukur.

Telepon masih berbunyi.
Sms masih masuk.
Masuk lagi.
Bunyi.
Bunyi.
Dan bunyi lagi.
Ulang tahun gue di launch di 4 mailing lists.

Dan ketika cek friendster, ya Tuhan, entah gue lagi mellow atau apa ya, tapi gue bener-bener terharu liat semua testimony dan pesan-pesan itu. Belum lagi pesan-pesan di YM.

Monic, sobat gue dari SMP nulis gini di smsnya, ‘Btapa herannya gw knp gw slalu lupa ultah org2 bhkn tmn2 dkt gw, tp ntah knp gw gak pnah bisa lupa ultah lu, so u must be special somehow’. Ada Conge yang maksa buat ketemu jam 12 supaya lebih afdol (walau akhirnya ketiduran juga). Ada testimony Kiki dan Yudith yang bilang gue punya big heart (deuuuhhh..). Ada Olin yang kasih joke birthday dan juga jalan ke Senayan City buat beli Jco 2 lusin. Trus Tika sama Oki yang udah nyiapin tas kuning buat kado gue. Pangeran brunei yang udah menepati janjinya buat testimony. Ada Cepot temennya Buncit yang cuma ketemu sekali di KL tapi masih inget gue. Dan semua sahabat gue lainnya yang udah dengan baik hati sepenuh jiwa raga ngucapin selamat buat gue (including lo: goy, yaya, stania, noka, ijul, buncit, hmmm.. sapa lagi nih ya yang suka baca blog gue? :P) Pokonya buat semuanya, huhuy banget dehhhh!

Yang jadi klimaks hari itu, ada bunga cantik dari Medi MB, lengkap dengan puisi kaya gini:

My humblest happiness to celebrate thy day of birth
Would not I cheer the moment thou art upon earth
Is it not a dame blooms at her 25 of being
Oh how thy blooms my dearest fairest how thy spring
Might it be too much if I ask thou this
Allow me to cherish though from afar, from abyss
And shall the words false oh my fine maiden
At least know thee art loved, true, honest and open
Medi M.B.

Awalnya gue keGRan. Gue pikir gue punya secret admirer segitunya sampe kirimin bunga. Gue udah tanya sana-sini siapa kira-kira laki-laki itu? Ternyata, Medi MB itu tiga perempuan cantik-cantik sobat-sobat gue yang takut kena marah. Hehehe. Chei, Ei, dan Mala (yang gue pikir kalian gak ada romantis-romantisnya) kirimin gue bunga berikut puisi cantik itu. Pakai nama Medi MB, Medi Mahlibi Binabirawa (this one is long story).

Come to think of it dear, it’s better to have flowers from best friends who knows me too well, rather than a secretive and coward secret admirer :)

Dan, terakhir ada si Buncit yang jadi merasa bersalah karena dia juga harusnya bisa beliin gue bunga. Hehehe. Sebagai gantinya gue suruh dia fotoin gue sama bunga dan nongkrong sampe malem beresin Ecozine. Sambil nolak-nolak Onge ama Dani yang kayanya rindu banget nongkrong ama kita tapi gara-gara kita takut sama Mai dan Ijul makanya kita harus kerja malem itu. Heheheh.

Happy 25 duy! You should deeply thanks for those many loves God send to you!

(note: dari semua yang kasih selamat ke gue, hanya SATU yang datang dari anak MTV –Nabil, lo diitungnya temen SMA gue ya!!!- Thanks yah Widi sang partner What’s Up guehhhhh. Hehe. Ngerti kan kenapa gue keluar dari MTV? :p)

Monday, October 09, 2006

rain


All that I need now
Is for the rain to fall from the sky
To wash away my pain inside
All that I need now
Is for the rain to fall from the sky
The rain will fall the rain will
The rain will fall the rain will fall...

universal remote control


Calon suami gue, Adam Sandler, emang jempolan. Setelah dia sukses membuat lagu "Grow Old With You" untuk discreet girlnya which is gue, dia baru buat lagi sebuah film sitcom standar dengan cerita yang mudah dicerna. Ngekhayal-khayal dikit. Hillarious. Simple. Entertaining. Moving. Nangis deh gue.. hehehe.

Anyway, filmnya nggak usah dibahas yaa. Yang jelas: IT’S A MUST SEE MOVIE. Now I’m going to wandering around on what will I do if I have universal remote control:

Jadi interpreter 5 bahasa
Dengan feature ‘language selection’ gue bisa mendadak brainy dan menguasai beberapa bahasa sekaligus. Tapi biar kesannya nggak terlalu sombong, gue akan fokus pada 5 bahasa aja: English, Chinese, Spannish, German dan satu bahasa negara kecil mungil aneh indah yang jarang banget orang ngerti bahasanya.

Tekan pause untuk nyebrang
Jalan depan kosan gue, cuma @ 2 jalur. Jadi total 4 jalur dengan dipisahkan oleh trotoar mungil. Tapi gue bisa berjam-jam berdiri cuma untuk cari waktu nyebrang. Malah kemaren gue liat ada temen kos gue naek taksi Cuma buat nyebrang doang. Abis itu diterusin naek 604. Hehehe.

Tekan slow motion kalo bos gue lagi kasih instruksi
Dengan kecepatan ngomong dan kelambatan gue dalam mencerna, this feature will help a lot. Semoga gue bisa jadi best employee of the month.

Rewind ke adegan pas gue lagi di tempat-tempat bagus, dan numpang liburan bentar disana
Ngirit dong, sambil mengenang-ngenang masa lalu yang oke-oke.

Masuk ke ‘Bonus Scene’ untuk melihat kehidupan lain gue yang nggak sempet gue jalani
Biasanya kan yang ada di Bonus Scene itu yang nggak ada dicerita utama. Gue pengen tahu seperti apa sih gue dikehidupan lain gue? Gimana perjalanan gue kalo gue gak nerusin kuliah? Gimana jadinya kalo dulu gue nembak dia? Gimana jadinya kalo besok gue masuk kantor jam 11? Gimana kalo gue tetep di MTV? Gimana kalo gue nabok Luna Maya pas dia bilang gue hamil? Gimana kalo gue apply jadi penyiar radio?

Tekan slow motion kalo lagi dipijet.
Jadi pesen cuma yang 1 jam aja, jadinya bisa dipijit sampe 3 jam. Ngirit juga.. Hehehe.. Gak mau rugi banget ya gue…

Tekan pause biar gue bisa punya banyak lebih waktu untuk baca buku, nonton dvd, buat blog, dan sebagainya.
Seperti kata Arkarna, ‘so little time so much to do’

Enough me. How bout you?

Karena Percintaan Setitik Rusak Nyawa Sebelanga


Oke, dua-duanya emang penting. Idealnya keduanya bisa berjalan seiring. Walau kenyataannya, beberapa orang yang selalu punya pacar sering bilang ke gue, ‘Wah enak ya kalo punya banyak temen, kayanya gue jadi nggak punya temen deh abis gue jadian sama ***. Kemana-mana gue bareng sama dia melulu. Jadi nggak pernah main.’ Tapi disisi lain, orang yang punya sahabat dimana-mana juga nggak puas dan sering bilang, ‘Kok gampang ya si ***** tiap abis putus pasti cepet dapet pacar lagi’. Kadang keluhan ditambah dengan embel-embel nggak penting, ‘Padahal ***** kan gak cakep-cakep banget’.

Never ending dialog, ya? Sampai akhirnya gue menonton sebuah film yang benar-benar memutuskan dilema persahabatan dan percintaan ini dengan semena-mena.

Ceritanya ada sepasang anak muda yang udah temenan dari kecil. Kemana-mana bareng. Main basket. Ngobrol. Bareng terus. Sampai BHAM!! 20 tahun kemudian, sang cowok, misalnya namanya Wawan, ketemu ama seorang cewek lain, si Chacha. Dan Wawan jatuh cinta. At first sight. Mudah ditebak, sang sahabat perempuan yang bernama Nina sebenernya naksir Wawan. Lalu mulailah ronde-ronde dimana-mana Wawan –typical, nggak nyadar kalo Nina naksir dia- curhat-curhat tentang Chacha ke Nina. Dan –tentunya- Nina sakit hati dan memendam perasaannya sendirian.

Ini kisah klasik banget yaa. Dan gue juga nyerah aja deh kalo penyelesainnya nih Wawan jadinya sama Chacha eitherway sama Nina. Tapiiii… tetep dong butuh yang namanya proses yang smart untuk mengakhiri semuanya ini.

Sayangnya film ini nggak.

Singkat kata singkat cerita, ternyata si Chacha sakit hati (sirosis = pengerasan hati) sehingga umurnya nggak lama lagi. Sampai akhirnya dia rubuh banget dan dokter memvonis kalau dia bakal mati kecuali dapet donor hati. Di scene lain diliatin si Nina yang sedang patah hati lari-lari keliling kebun (KEBUN bukan JURANG) dan akhirnya terperosok. Secara kebetulan atau ngirit ongkos produksi, Nina masuk rumah sakit yang sama dan berada di ranjang sebelah Chacha di UGD.

Sekali lagi gue tekankan, Nina terperosok di KEBUN. Oke deh luka-luka, oke deh patah kaki. Tapi apa coba keputusan sang penulis cerita: NINA HARUS DIAMPUTASI. Helllooooo…. masih 20 tahun! terperosok di KEBUN doang! Langsung diketemuin sama paramedis! Dan sodara-sodara dia harus DIAMPUTASI.

To make things worse, Nina suka sekali bermain basket. Jadi dia merasa DEPRESI bahwa kakinya harus diamputasi. Okey, that make sense. Tapi, sebagai film yang ceritanya ber-genre remaja, bukankah harusnya film ini penuh semangat dan encouragement? Sayangnya tidak untuk film ini. Akhir kisah Nina memutuskan untuk MENGAKHIRI HIDUPNYA dengan MENDONORKAN hatinya untuk Chacha agar Wawan dan Chacha bisa HIDUP BAHAGIA BERDUA.

Ya sodara-sodara, di film remaja ini, seorang gadis muda berusia sekitar 20 tahun MEMUTUSKAN untuk mengakhiri hidupnya (karena proses DONOR dilakukan dengan sukarela dan bukan pilihan terakhir) demi seorang sahabatnya yang sudah dikenal selama 20 tahun dan basically melupakan dia karena JATUH CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA dengan seorang gadis lain. Notes: Wawan didn’t even showed up at Nina’s funeral.

I am mastering friendship and love relationship, I even write a book on ‘how to cope yourself when your buddy leave you for their spouse’. But death, is none of my choice. Hellish crying and moaning for years are very much possible. But not death.

Kepada bapak penulis cerita dan produser, coba ya jangan segitu naif dan tidak adilnya! I would voodoo you if this movie ever inspire any young person.

Oya, film ini diberi judul HEART, untuk melambangkan proses pendonoran 'hati' secara harfiah maupun kiasan. Sedikit bingung aja, bukannya kalo HATI as in organ tubuh, bahasa inggrisnya bukannya 'LIVER' yah? Mau nonton 'LIVER'? Anyone?

Friday, October 06, 2006

marah-marah

marah-marah.

kenapa seseorang bisa marah-marah?
hari ini marah besok marah apalagi lusa
besar kecil pagi siang di kantor atau di desa
semua kena satu satu
dengan omelan
dengan jutekan
dengan cuekan

sebenernya pusing kepala tapi entah kenapa
pusing literal bukan sok banyak pikiran dikepala