Tuesday, December 12, 2006

two is never too much

Dulu saya sering dinasehati, jangan berPOLITIK dan berPOLIGAMI. Sebenarnya saya suka bingung kenapa banyak orang mencemooh orang yang berPOLIGAMI. Menurut keyakinan saya, poligami itu diperbolehkan, asal memenuhi syarat’, begitu kutipan bela diri Aa Gym soal pernikahannya yang kedua setelah perkawinan pertamanya lulus mulus selama 20 tahun.

‘Yah, ternyata dia juga’, itu yang langsung ada di pikiran gue.

Masalah poligami memang kontekstual banget. Dan untuk kasus Aa Gym, sebagai seorang pimpinan agama, da’i, kyai, imam, leader, panutan, dan segala gemerlap gelar besar yang disandangnya, gue terpaksa bilang, gue nggak setuju.

Sang istri sempat diwawancarai. Teh Ninih berkata, ‘Ya awalnya berat, tapi lama-lama saya bisa menerima. Saya malah ikutan memilih calon istri yang baik untuk Aa’. Tegar banget ya? Lalu dilanjutin lagi, ‘Malah setelah Aa bilang mau menikah lagi, kita jadi tambah lengket karena saya jadi takut Aa tidak bisa cinta sama saya lagi’.

Ja ampyuuun. Kontradiksi nggak sih? Teh Ninih sampai bilang didepan media bahwa beliau takut Aa tidak bisa cinta sama dia lagi. Takut dan bisa menerima, itu tidak sejalan seiring ya sodara-sodara. Menurut gue, jika masih takut, berarti bisa menerima tapi dengan terpaksa dan penuh pertimbangan. Jadi pertanyaan juga nih, apa ya pertimbangannya? Agama? Takut diceraikan? Sayang anak? Jadi malah keingetan komentar Titi DJ yang rasanya terdengar lebih manusiawi, sedikit egois, namun jujur, ‘Justru saya memutuskan untuk bercerai demi anak-anak, agar mereka tidak merasakan ketegangan-ketegangan yang ada antara saya sama Andi.’

Gue juga bingung, kenapa ya gue sewot? Apakah karena role model gue untuk keluarga-keluarga harmonis gemah ripah loh jinawi sudah semakin berkurang? Yah, like it or not, itu satu alasan. Gue selalu suka sama keluarga yang tampaknya bisa saling mendukung. Anak saling akrab. Profesi saling mendukung. Mungkin karena gue memimpikan itu yah.

Alasan lain, gue langsung puyeng mikirin deterrent effect nya, yang akan diakibatkan oleh keglamoran nama AA Gym. Berapa orang sih yang akan terinspirasi oleh poligami sang Aa Gym ini? Berapa laki-laki sih yang kemudian akan menjustify hal ini? Berapa perempuan sih yang langsung memaksakan sok tegar agar serupa dengan Teh Ninih? Berapa suami sih yang akan menyindir istri yang tidak mau dipoligami dengan kasus ini? Berapa istri sih yang cemas akan ditinggal poligami?

Emang berat ya jadi Imam, sekaligus public figure. But if you do already choose one, you have to bear all the consequences. Including burying some of your interest. Tapi ternyata dia nggak bisa. Hiks.

Diatas tulisan gue waktu lagi di Aceh. Trus tadi gue liat ada berita di internet yang bilang sudah ada Koalisi Perempuan Kecewa Aa Gym (KPKAG). Haduhhhhh.. Jadi too much juga nih cewe cewe. Heran.

No comments: